Hasilkan 175.000 Ton Sampah Per Hari, Bagaimana Cara Mengelolanya
A
A
A
JAKARTA - Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia tahun 2015, sebesar 69% sampah masuk ke TPA/TPST, dan 23,5% dikelola secara ilegal dengan dibakar, ditimbun, atau dibuang sembarangan, serta hanya 7,5% sampah yang didaur ulang atau dikompos. Sementara setiap harinya, Indonesia menghasilkan 175.000 ton sampah atau 64 juta ton per tahun.
"Data BPS 81% sampah di Indonesia enggak dipilah dan dicampur dan di situ masalah terjadi. 10% sudah dipilah warga Indonesia yang sadar dan pas pengangkutan dicampur. 9% saja yang baik dan didaur ulang," kata Managing Director PT Wasteforchange Alam Indonesia, Mohamad Bijaksana Junerosano saat jumpa pers di Plaza Kuningan, Jakarta, Senin (9/3).
"Indonesia itu menghasilkan 175.000 ton sampah per hari. Jadi kita tidur, besoknya sudah ada sampah 175.000 ton," lanjutnya.
Adapun saat ini, sistem yang berlaku di Indonesia masih bertumpu pada pengelolaan sampah kumpul, angkut, buang yang akhirnya membebani kondisi TPA (tempat pembuangan akhir) dan banyak menyia-nyiakan material yang seharusnya dapat diolah kembali. Kondisi ini pun diperparah dengan ketidaktahuan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan sampah.
"Data kami tahun 2014 itu kita riset hampir 60% masyarakat Indonesia enggak tahu ujung sampah ke mana. Cuma tahu bayar iuran sampah dan diangkut. TPA di Indonesia pendamping dan itu enggak ada yang awasi. Biaya sampah di Indonesia terlalu murah tanpa memikirkan responsibel. Kalau lihat ada lahan kosong, sungai ya sudah dibuang. Karena buang sampah ke TPA itu waktu dan uang. Everything is cost," paparnya.
Oleh karena itu, Waste4Change hadir dengan sistem pengelolaan sampah bertanggung jawabnya untuk memaksimalkan pengolahan material yang dapat diolah kembali demi mengimplementasi Ekonomi Melingkar atau Circular Economy, mengedukasi masyarakat dengan pemilahan dari sumber, dan meningkatkan kesejahteraan bagi aktor-aktor pengelolaan sampah seperti pengumpul sampah.
Waste4Change berpengalaman dalam menyediakan pengelolaan sampah dengan pendekatan dari hulu ke hilir. Bermula dari hanya mengelola sampah dari 1 gedung perkantoran hingga saat ini mencapai hampir 40 area komersial dan 2.000 rumah, semakin banyak pihak yang mempercayakan pengelolaan sampahnya kepada Waste4Change.
"Jasa sampah saat ini cuma angkut saja. Material cuma cari yang ada nilainya jadi ada gap. Kita mau rangkul mereka dan teknologi sangat penting. Waste4Change berharap dapat memberikan dampak yang lebih besar lagi demi tercapainya Indonesia yang bersih dan bebas sampah," tandasnya.
"Data BPS 81% sampah di Indonesia enggak dipilah dan dicampur dan di situ masalah terjadi. 10% sudah dipilah warga Indonesia yang sadar dan pas pengangkutan dicampur. 9% saja yang baik dan didaur ulang," kata Managing Director PT Wasteforchange Alam Indonesia, Mohamad Bijaksana Junerosano saat jumpa pers di Plaza Kuningan, Jakarta, Senin (9/3).
"Indonesia itu menghasilkan 175.000 ton sampah per hari. Jadi kita tidur, besoknya sudah ada sampah 175.000 ton," lanjutnya.
Adapun saat ini, sistem yang berlaku di Indonesia masih bertumpu pada pengelolaan sampah kumpul, angkut, buang yang akhirnya membebani kondisi TPA (tempat pembuangan akhir) dan banyak menyia-nyiakan material yang seharusnya dapat diolah kembali. Kondisi ini pun diperparah dengan ketidaktahuan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan sampah.
"Data kami tahun 2014 itu kita riset hampir 60% masyarakat Indonesia enggak tahu ujung sampah ke mana. Cuma tahu bayar iuran sampah dan diangkut. TPA di Indonesia pendamping dan itu enggak ada yang awasi. Biaya sampah di Indonesia terlalu murah tanpa memikirkan responsibel. Kalau lihat ada lahan kosong, sungai ya sudah dibuang. Karena buang sampah ke TPA itu waktu dan uang. Everything is cost," paparnya.
Oleh karena itu, Waste4Change hadir dengan sistem pengelolaan sampah bertanggung jawabnya untuk memaksimalkan pengolahan material yang dapat diolah kembali demi mengimplementasi Ekonomi Melingkar atau Circular Economy, mengedukasi masyarakat dengan pemilahan dari sumber, dan meningkatkan kesejahteraan bagi aktor-aktor pengelolaan sampah seperti pengumpul sampah.
Waste4Change berpengalaman dalam menyediakan pengelolaan sampah dengan pendekatan dari hulu ke hilir. Bermula dari hanya mengelola sampah dari 1 gedung perkantoran hingga saat ini mencapai hampir 40 area komersial dan 2.000 rumah, semakin banyak pihak yang mempercayakan pengelolaan sampahnya kepada Waste4Change.
"Jasa sampah saat ini cuma angkut saja. Material cuma cari yang ada nilainya jadi ada gap. Kita mau rangkul mereka dan teknologi sangat penting. Waste4Change berharap dapat memberikan dampak yang lebih besar lagi demi tercapainya Indonesia yang bersih dan bebas sampah," tandasnya.
(nug)